4.16.2013

Memantau dengan Pendeteksi Wajah



Kritik bermunculan di Internet ketika Facebook menawarkan pendeteksi wajah otomatis pada tahun 2011. Jejaring sosial ini mendadak mampu mengenali wajah-wajah yang telah di-upload dan kemudian meminta pengguna untuk memastikan namanya. Lembaga privasi data dan hak sipil pun bersuara. Menurut mereka, fungsi baru tersebut tidak hanya melanggar undang-undang perlindungan data, melainkan juga mengarah pada pengembangan sebuah sistem pemantau. Dengan lebih dari 850 juta pengguna aktif, Facebook akan menjadi database wajah terbesar di planet ini. Para pemburu data pasti bergembira dengan hal itu. Benarkah demikian?

Diskusi-diskusi seputar fungsi baru Facebook ini memberikan indikasi bahwa hal tersebut memang perlu dibicarakan. Risiko apa saja yang muncul di balik pendeteksi wajah? Apa saja keuntungannya? Bagaimana sistem pendeteksi wajah bekerja? Apa yang bisa dilakukannya dan bagaimana kita membentengi diri?

Heinrich Ihmor, seorang ahli biometri di Federal Agency for Security in Information Technology (BSI) Jerman, menjawab semua pertanyaan itu. Ia bertugas mengevaluasi efektivitas sistem biometrik, termasuk pendeteksi wajah. Sistem ini digunakan untuk pemeriksaan di wilayah perbatasan, di instansi-instansi pemerintah, atau menanggulangi kejahatan. Menariknya, teknologi ini juga dipakai pada hightech security lock EasyPass yang sedang diuji BSI bersama de­ngan Kepolisian Federal di Bandara Frankfurt. EasyPass dapat berfungsi sebagai access lock untuk penumpang di bandara, mencari buronan, dan mencocokkan gambar dengan bantuan alat pendeteksi wajah. Teknologi ini bekerja dengan baik sepanjang orang-orang tersebut tidak tertawa terlalu lebar - kondisi yang tidak menguntungkan proses biometrik. Ketika EasyPass membunyikan alarm, petugas akan segera bertindak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Letter M Islam Mosque