4.16.2013

Big Data + Big Analytics = Bigger Opportunity





Pernah mengalami antrian panjang dan lama di kasir supermarket atau ATM, terutama saat-saat tanggal gajian? Sebagai pembeli mungkin Anda tak peduli teknologi dan metode pembacaan data kode barang dan harganya, karena yang terpenting cepat prosesnya dan akurat.

Nah, sekarang, bayangkan bagaimana perusahaan ritel terbesar di dunia, Wallmart, menggunakan teknologi dan perangkat yang dalam 1 jam melayani lebih dari 1 juta konsumer dan ketika data disimpan memerlukan storage berkapasitas 2,5 petabyte.

Apakah Anda pengguna Facebook? Jika ya, tentu lebih mudah membayangkan pengertian Big Data. Sebagai pengguna Facebook, Anda berusaha eksis dengan meng-update status 3x sehari. Di pagi hari, Anda mengekspresikan sesuatu di dinding akun Anda; saat makan siang, Anda mengabadikan menu lunch dengan mem-posting picture; lalu sore hari di sela-sela kemacetan Anda sempatkan berbagi link musik atau video dengan para teman Anda. 

Berapa besar data yang Anda simpan di server database Facebook? 

Dengan mengalikan jumlah pengguna aktif saat ini, bisa dimengerti jika Facebook mengklaim bahwa jumlah data image yang dikelola di servernya saat ini melebihi angka 40 milyar. Tentu saja jumlah itu semakin lama akan semakin besar, semakin membutuhkan kapasitas storage yang lebih besar. 

Namun besarnya data, di mata pengguna Facebook, tidak boleh menjadi alasan untuk membenarkan jika suatu saat akses membuka dan update status di Facebook menjadi lambat. Apa yang harus dilakukan pengelola?

Welcome to Big Data era! Yakni sebuah era di mana jumlah data yang harus disimpan dan diolah (dataset) melebihi kemampuan teknologi yang tersedia saat ini. Kata ‘melebihi’ mengacu pada jenis data, ukuran, dan kecepatan datangnya data, dan itu menyebabkan lonjakan data. 

Ke depannya, dengan semakin berkembangnya smartphone dan semakin populernya aplikasi social media berbasis internet, ledakan data akan semakin besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Letter M Islam Mosque