11.19.2013

Antara Start dan Finish

Antara Start dan Finish
Apa yang biasa kamu lakukan dalam menyambut tahun baru? Beragam jawaban dan ekspresi pasti bakal saya dapet dari kamu. Mulai dari yang semangat nyiapin segala sesuatunya di momen pergatian tahun ini, yang sekedar ikut-ikutan karena nggak enak sama temen karena takut dikatain nggak solider, yang biasa-biasa aja alias cuek bebek nggak peduli dengan hal nggak penting kayak gini, sampe yang ekstrim benci dan nggak suka sama acara rutinitas tahunan yang udah seperti tradisi ini. Dan emang faktanya, mayoritas masyarakat Indonesia menganggap hal ini seperti udah menjadi budaya, pokoknya nggak boleh sampe terlewatkan lah. Betul apa betul? (¬_¬")


Euforia yang saya maksud di atas biasanya gampang kita temukan di setiap pergantian tahun baru miladiyah (masehi). Meskipun sekarang udah mulai membudaya juga tradisi sambut tahun baru hijriyah (tarhib Muharram) tiap tahunnya yang kental dengan nuansa pawai diiringi suara tabuhan ‘band kepret’ alias rebana atau marawis, tapi kemeriahan pesta tahun baru masehi tetep nggak tergantikan. Kebisinginnya juga nggak ketulungan kalo udah mau deket-deket 31 Desember jam 00:00. Itu yang namanya suara terompet ampun deh udah bikin berisik seantero jagat raya (lebay deh…) ~(˘▾˘)~ , khususnya buat yang alergi sama kebisingan semacam terompet atau petasan. Untungnya saya nggak pernah sakit gigi, yang konon katanya kalo lagi senut-senut nggak karuan gitu ngedenger suara berisik jadi tambah ‘nikmat’ nyerinya. Heuheu. Hmm, mantep tuh! Amit-amit cabang Lampung deh… ~ ~ (\ ‾o‾)/ Malah parahnya, kalo dibandingin lagi sama tahun baru kaum koko dan cici; imlek, tahun baru hijriyah yang katanya tahun baru umat Islam nggak pernah disambut antusias seantusias seperti menyambut kehadiran gong xi fat chai oleh kita yang rata-rata muslim. Apa karena seneng sama hiburan barongsaynya atau karena ngarep dapet angpau? Wah, saya juga nggak tau tuh (sambil garuk-garuk kepala…) (‘-’ ) (._. ) ( ._.) ( ‘-’)


1 Muharram vs 1 Januari
Sobat muda, kalo kamu ngerasa remaja muslim, ayo siapa yang bisa nyebutin nama 12 bulan di sistem penanggalan hijriyah secara benar berurutan? Kalo pas ada pertanyaan gini sontak biasanya kamu yang lagi rame sekali pun pasti langsung diem seribu bahasa (ceile…) (`▽´)-σ , persis mirip ekspresi seorang anak (temennya Cila) di iklan susu di tv yang pas ditanya mau jadi apa dia jawab: “Wah, apa ya?” Tuing-tuing… ƪ(° ̯˚ ʃ) Beda ketika ditanya tentang 12 bulan di tahun masehi yang semuanya pasti bisa jawab dari Januari sampe Desember. Hapal di luar kepala. Mas dan Mbak, yang jawaban pertanyaan atas juga sama kan di luar kepala, bener-bener di luar kepala, alias nggak tahu? Tuh kan mesem-mesem… (`▽´)-σ
Nah, itulah kita. Muslim yang kini hampir nggak mengenal identitas pribadinya. Dari mulai Muharram, Safar, Rabiul Awal (Rabiul Ula), Rabiul Akhir (Rabiuts Tsani), Jumadil Awal (Jumadil Ula), Jumadil Akhir (Jumadits Tsani), Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqoidah, sampe Dzulhijjah adalah 12 bulan yang nyaris terdelete dari memori otak kita. Padahal di tiap bulan tersebut rata-rata terkandung peristiwa bersejarah yang ada kaitannya dengan peradaban manusia.  ┌("˘o˘)┐
Sama kasusnya dengan hari Ahad yang merupakan hari pertama dalam siklus mingguan kalender yang sudah tergantikan dengan Minggu. Idealnya, mengawali hari aktivitasnya muslim adalah sejak Ahad, tapi kita di hari pertama malah liburan dengan alasan Minggu. Konon menurut guru saya, itulah alasan mengapa pencarian nafkah kita jadi sering tidak berkah karena memulai ikhtiar di hari kedua. Kalo kata orang tua dulu, ibarat rejekinya udah dipatok ayam. Ya up to you, Anda boleh percaya, boleh tidak. ╮(^▽^)╭
Seperti halnya sejarah awal mula penetapan tanggal 1 Muharram, ternyata kalo kita buka referensi di kitab-kitab sirah nabawiyah atau tarikh, kita bakal nemuin begitu dahsyatnya rentetan peristwa-peristiwa itu terjadi. Pantes kalo sekarang semangat hijrah 1 Muharram selalu diperingati sebagai momentum awal untuk membuat komitmen hidup yang lebih baik lagi oleh kita yang muslim. Nggak kebayang kan gimana dulu Rasul Saw. dan para sahabat mempertahankan nyawa saat kaum kuffar Quraisy mencoba membabat habis peradaban Islam yang tengah dibangun? Makanya Allah memerintahkan kaum muslim saat itu buat pindah untuk sementara waktu menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman; dari Mekah ke Madinah. Lebih mendebarkan plus mengerikan ketimbang mengungsinya masyarakat sekitar Gunung Merapi ke posko-posko darurat pas erupsi lho. (!!˚☐˚) (˚☐˚!!)
Singkatnya, peristiwa perjuangan generasi awal Islam inilah yang kemudian dicanangkan oleh Amirul Mu’minin ‘Umar Ibnul Khaththab sebagai landasan penanggalan kalender Islam yang dimulai 1 Muharram, 1.432 tahun yang lalu.
Sementara 1 Januari yang begitu extravaganza dipestakan ternyata hanyalah warisan seremonial kaum pagan Yunani dan Romawi yang memuja dewa-dewi sembahan mereka. Banyak yang nggak tahu kalo perayaan 1 Januari itu lekat dengan unsur ritual dari keyakinan yang dianut mereka. Bahkan sebenarnya kita perlu curiga dengan slogan ucapan yang terpampang jelas setiap menjelang tahun baru, ucapan selamatnya selalu digabung antara Natal dan Tahun Baru. Kok bisa? Ini dia jawabannya: Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII juga mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari.

Hingga kini, Umat Kristen di seluruh dunia merayakan Tahun Baru mereka pada tanggal 1 Januari. Nah lho, jadi sebenarnya kaum muslimin yang merayakan tahun baru 1 Januari ternyata sedang ikut larut dalam perayaan kaum Kristen, Waduh!  (!!˚☐˚)
Ini gawat Bro en Sis, sebab Rasulullah saw. udah bersabda: Man tasyabbaHa bi qaumin faHuwa minHum. (Siapa saja yang menyerupai suatu kaum/ bangsa maka dia termasuk salah seorang dari mereka.) (HR Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi) So, sukakah kita disamakan dengan orang-orang yang ingkar kepada Allah dan RasulNya? Tsumma na’udzubillah.  ~ ~ (\ ‾o‾)/



Memulai Start hingga ke Finish
 Hijrah yang dulu dilakukan oleh Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam) mempunyai makna yang begitu dalam. Banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan dari kisah tersebut. Dari mulai semangat; keteguhan iman dan Islam mereka, sekaligus bakti plus bukti cintanya pada Allah dan RasulNya; pengorbanan atas harta, tahta, dan keluarga yang harus ikhlas ditinggalkan; nyawa yang jadi taruhan, hingga persaudaraan yang diikat erat aqidah antara Muhajirin dan Anshar; menjadi inspirasi serta motivasi tak ternilai harganya buat kita yang hidup setelah mereka. Andai saat itu tak pernah terjadi peristiwa hijrah, tentu peradaban Islam tak akan pernah berlangsung sekian abad lamanya dan mustahil kita rasakan kini.  \__~(˘▾˘~)
Lalu pernahkah kita sejenak berkontemplasi, muhasabah, merefleksikan semangat hijrah itu dalam realitas kehidupan kini? Mereka orang-orang mulia dan terhormat telah memulai Start untuk peradaban manusia yang lebih beradab. Saat itu, mereka betul-betul yakin akan janji Allah Swt. dalam al-Quran (yang artinya): “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda, dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS at-Taubah [9]: 20)
Lalu di manakah posisi kita? Sekedar menjadi penerus tongkat estafet pun mungkin tak pernah kita sadari dan lakukan. Garis-garis besar haluan peradaban itu telah mereka buat untuk kita, dan kita tinggal merampungkan hingga ke garis Finish. Tapi kita terkadang berlari di arena pacuan lain. Dan tongkat estafet yang harusnya kita perjuangkan untuk sampai ke tangan pelari berikutnya malah kita buang dan acuhkan.  ~ ~ (\ ‾o‾)/
Saudaraku, tanpa kita sadari kita belum pernah memulai secara sungguh-sungguh untuk hijrah ke arah yang lebih baik lagi. Dari dulu mungkin kita hanya stagnan, berdiam diri di garis Start yang harusnya sudah kita tempuh, berlari dan terus berlari menyempurnakan diri.
Kita mesti malu pada pendahulu kita.  ~ ~ (\ ‾o‾)/

Apa yang sudah kita lakukan untuk hidup ini, untuk orang tua dan keluarga, untuk Islam dan kaum muslimin, untuk Allah Swt.dan RasulNya? Mengapa kita belum berhijrah dengan sebenar-benarnya hijrah? ƪ(‾ε‾“)ʃ
Biasanya Rasululullah saw. dan para sahabat mengevaluasi jejak perjalanan setahun ke belakang. Bahkan bukan di akhir tahun, tapi di setiap malam sebelum tidur. Setiap kesalahan diistighfari, dimohonkan ampunan padaNya; dan setiap kebaikan dipertahankan serta ditingkatkan di hari-hari berikutnya. Terngiang selalu di telinga para sahabat wejangan Baginda saw. mengenai tiga golongan manusia dalam kaitannya dengan perubahan: beruntunglah ia yang hari ini lebih baik dari kemarin, merugilah ia yang hari ini sama saja seperti kemarin, dan celakalah ia yang hari ini lebih buruk dari kemarin. astaghfirullah al-‘azhim. ~ ~ \(!!˚☐˚)/
Sobat muda muslim pembaca, berapa banyak di antara kita yang telah menyusun rencana dan strategi dalam mengarungi hidup kita setahun ke depan? Yang dibutuhkan bukan hanya sekedar terucap di bibir “ingin hidup lebih baik lagi”, tapi konsep strategi, komitmen, serta prinsip mengenai visi dan misi rencana hidup setahun ke depan juga sangat dibutuhkan sebagai pedoman agar tercapai sesuai harapan. Seperti seorang Jamil az-Zaini yang menuangkan semua harapan dan cita-cita hidupnya dalam buku Tuhan, Inilah Proposal Hidupku, yang ia bawa turut serta saat thawaf di Ka’bah.  ♉(˘♢˘)♉
Maka mari susun program kerja kita di sisa waktu dan usia yang Allah berikan. Minimal untuk 1 tahun ke depan. Kemudian kita perjuangkan, for a better life, demi tercapainya kehidupan yang lebih baik lagi dalam naungan rahmat dan ridho Allah Swt. agar kita bisa meneladani dan sekaligus menerapkan benar-benar semangat hijrah para pendahulu dalam kehidupan kita. Tak perlu takut menghadapi terjangan badai apa pun. Ingat janjiNya (yang artinya): “…Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali ‘Imran [3]: 195)
Dalam firmanNya yang lain (yang artinya): “Siapa saja yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Siapa saja yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah MahaPengampun lagi MahaPenyayang.” (QS an-Nisaa [4]: 100)
Sobat muda, semoga Start yang akan kita awali ini berbuah manis di garis Finish nanti. Menjadi orang-orang yang menikmati happy ending alias husnul khotimah. Menutup jejak sejarah kehidupan kita dengan prestasi yang dipahat dengan tinta emas. Karena “Sesungguhnya hari akhir itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS adh-Dhuha [93]: 4)
Last but not least, jadikan semangat hijrah sebagai amunisi dalam meniti jalan ketaatan pada Allah dan RasulNya semata.  Salam Mumtaz! [Andrew Aryansyah, NaraNareew | Andrew_aryansyah@ymail.com] J

Ucapan Selamat Tahun Baru Hijriyah, Bolehkah?

Ucapan Selamat Tahun Baru Hijriyah, Bolehkah?

Oleh: Ustaz Nashih Nashrullah

Ucapan selamat bukan ritual agama.

Pada Selasa (5/11), tibalah masa peralihan tahun baru Hijriyah, dari 1434 menuju 1435 H. Sistem kalender Islam memang bukan sekadar penanggalan biasa. Melainkan, ada banyak hal momentum berharga di baliknya, termasuk soal identitas.

Maka, dalam tradisi sebagian kalangan belakangan ini muncul fenomena ritual keagamaan atau sebatas interaksi sosial sebagai upaya untuk menghormati tahun baru tersebut, di antaranya saling berbagi ucapan selamat. Bolehkah hal ini dilakukan?

Fenomena tersebut memang terbilang baru. Di kalangan generasi salaf, permasalahan itu belum terlalu populer, bahkan nyaris tidak ditemukan.

Oleh karena itu, perbedaan justru banyak muncul di tengah-tengah ulama masa kini. Setidaknya, ada dua kubu utama, yakni pro dan kontra.

Menurut kelompok yang pertama, ucapan yang disampaikan kepada sesama Muslim saat menyambut tahun baru Hijriyah hukumnya boleh. Deputi Sekjen Persatuan Ulama Islam, Syekh Salman bin Fahd al-Audah, mengatakan bahwa hal ini boleh dilakukan dan termasuk bentuk interaksi.

Dalil yang bisa dirujuk, antara lain, ucapan selamat, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW menyambut Ramadhan (HR Nasai). Ucapan Thalhah bin Ubaidillah untuk Ka’ab bin Malik juga dijadikan acuan. (HR Bukhari Muslim).

Mengutip perkataan Ibnu Taimiyyah, ia memaparkan, banyak dari sahabat yang melakukan tradisi ini. Sedangkan, Imam Ahmad memberikan dispensasi.

Imam Ahmad mengatakan, tidak melarang ucapan tersebut. Tetapi, juga tidak memulainya. Bila seseorang mengucapkan kepadanya, ia akan membalas ucapan baik tersebut.

Sebab itu, kata Syeh Salman, perkara ini tidak termasuk bid’ah lantaran hanya sebatas bentuk interaksi sosial dan sopan santun yang baik. Tidak ada unsur ritual ibadah murni di sana. Apalagi, menjawab ucapan baik itu wajib hukumnya.

Ini seperti ditegaskan dalam surah an-Nisaa’ ayat 86, “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).”

Pendapat yang sama juga disampaikan sejumlah cendekiawan Muslim masa kini, antara lain, Syekh Abd al-Karim al-Khidhir.

Dalam pandangannya, doa mutlak yang disampaikan oleh seorang Muslim dalam suatu mementum boleh-boleh saja karena ini merupakan bentuk ucapan kasih sayang. Selain itu, jugamenunjukkan suka cita.

Sedangkan, Syekh Umar bin Abdullah al-Muqbil menyarankan agar tak memulai pengucapan kalimat selamat itu.

Akan tetapi, bila menerima ucapan berupa doa maka balaslah. Penegasan ini mengacu pula pada pandangan yang dikemukakan oleh Syekh Ibnu Utsaimin.

Selain itu, kelompok yang kedua berpandangan, ucapan selamat Tahun Baru Hijriyah tersebut tidak diperbolehkan. Haram mutlak hukumnya.

Syekh Shalih al-Fauzan menegaskan, tak ada dalil satu pun yang menjadi landasan tuntunan tradisi berbagi ucapan selamat tersebut.

Menurutnya, tujuan perumusan dan penerapan sistem kalender Hijriyah sedemikian rupa bukan untuk dijadikan momentum perayaan atau hari istimewa, lalu menebarkan kebiasaan saling tebar ucapan selamat.

Melainkan, penanggalan Hijriyah ditetapkan untuk identifikasi surat-menyurat saat pertama kali diberlakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab. “Ucapan tersebut masuk ranah bid’ah,” katanya.

Syekh Utsaimin juga menegaskan, bila seseorang memgucapkan ucapan selamat tahun baru dengan redaksi seperti “Kullu ‘am wa antum bikhair”, maka itu tidak dibenarkan dan tidak perlu dijawab. Pendapat ini juga menjadi ketetapan Komisi Tetap Kajian dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi.

Syekh Dr Sulaiman as-Suhaimi dalam kitabnya yang berjudul al-A’yad wa Atsaruha ‘ala al-Muslimin mengungkapkan, pemberian ucapan seperti ini menyerupai tradisi di kalangan Majusi dan masyarakat Arab jahiliyah.

Dalam tradisi Majusi, bertukar ucapan selamat sangat dianjurkan dalam memasuki tahun baru mereka, yakni Nairuz. Sedangkan kebiasaan Arab jahiliyah, segenap warga memberikan ucapan selamat kepada para raja dan pemimpin mereka di awal Muharam.

Yang penting ini adalah SUNNAH (Yang ngaku muslim jangan lupa beri jempolnya ya sob)

Yang penting ini adalah SUNNAH
(Yang ngaku muslim jangan lupa beri jempolnya ya sob)

1. BAB duduk, beresiko tinggi terkena wasir/ambeien. BAB jongkok lebih bersih dan menyehatkan. ---> dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

2. Kencing berdiri resiko prostat dan batu ginjal. Kencing jongkok lebih bersih dan menyehatkan. ---> yg terpenting itu adalah SUNNAH.
3. Enzim di tangan membantu makanan lebih mudah dicerna. Bilamana dibanding dengan besi, kayu, atau plastik, makan dengan tangan lebih bersih, fitrah dan menyehatkan. ---> yg terpenting itu adalah SUNNAH.
4. Makan dan minum berdiri mengganggu perncernaan. Dengan duduk lebih santun dan menyehatkan. ---> yg terpenting itu adalah SUNNAH.
5. Makan di kursi, masih kurang menyehatkan. Dengan duduk dilantai, tubuh akan membagi perut menjadi 3 ruang: udara, makanan dan air. ---> yg terpenting itu adalah SUNNAH.
6. Makan buah setelah makan (cuci mulut) kurang bagus bagi lambung, karena ada reaksi asam. Yang sehat adalah makan buah sebelum makan, membantu melicinkan saluran pencernaan dan membuatnya lebih siap. ---> yg terpenting itu adalah SUNNAH.
7. Tengkurep & terlentang tidak bagus untuk kesehatan. Tidur menghadap kanan lebih menyehatkan. ---> yg terpenting itu adalah SUNNAH.
8. Banyak Rahasia Sunnah yg telah diteliti para pakar, dari segi hikmah, manfaat, dan kesehatan. Benarlah yg dikatakan : dibalik sunnah ada kejayaan. Bagi kita, jika misalnya belum tau manfaatnya, terus saja semangat mengikuti adab dan tuntunan Rasul. Manfaat itu efek samping, motivasi utamanya adalah mengikuti adab dan tuntunan Rasul.
9. Seorang dokter Eropa berkata : jika semua manusia amalkan 3 sunnah saja (sunnah makan, sunnah di Kamar Mandi, sunnah tidur), maka harusnya saya berhenti jadi dokter karna tidak ada pasien.
Mari kita semua amalkan, 24 jam hidup dengan sunnah. Bahkan tidur lelap, setiap detiknya akan dianggap dzikir jika sesuai dengan sunnah. "Barang siapa menghidup- hidupkan sunnahku, dia cinta kepadaku. Barang siapa cinta kepadaku, bersamaku di dalam surga"
TOLONG JANGAN DI ABAIKAN..!!
--- Semoga Bermanfaat ---
Sobat sekarang anda memiliki dua pilihan ,
1. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini
2. Membagikan pengetahuan ini kesemua teman facebookmu , Insyallah bermanfaat dan akan menjadi pahala bagimu
Letter M Islam Mosque